Sekarang ini, kita dihadapkan pada era revolusi industri 4.0. Era dimana manusia memanfaatkan internet untuk segala bidang kehidupan termasuk dunia pendidikan. Di Jepang kini muncul istilah lain, yakni era society 5.0 dengan konsep mengintegrasikan dunia virtual dengan dunia nyata. Apakah kita akan tetap menggunakan cara mengajar yang lama, sementara negara lain sudah menerapkan pendidikan era revolusi industri 4.0 dan society 5.0?
Pendidikan kita akan semakin tertinggal jika terus mengalami stagnasi. Kini negara-negara lain sudah banyak yang menggunakan berbagai media pembelajaran digital seperti powerpoint, HTML5, LMS, hingga artificial intelligence. Namun, guru di negara kita banyak yang cuma mengandalkan sumber dan media konvensional yang itu-itu saja seperti buku paket, LKS, dan papan tulis. Jangan sampai pendidikan kita yang selama ini sudah tertinggal, akan semakin tertinggal .
Menurut Indra Charismiadji sebagaimana dimuat jpnn.com, 97,5% guru di Indonesia masih gaptek (jpnn.com – 29/10/2019). Saat berita itu dimuat Oktober tahun lalu, Indonesia belum terkena pandemi covid-19. Tentu berbeda situasinya dengan sekarang. Pada masa pandemi ini, jumlah guru yang gagap teknologi mungkin sudah berkurang . Sebab, mau tidak mau kegiatan belajar mengajar harus dilakukan secara online karena itu kebijakan pemerintah.
Apakah dengan memanfaatkan teknologi informasi secara tiba-tiba dan terkesan dipaksakan, otomatis guru tidak lagi gaptek? Kenyataannya tidak semudah itu. Kita bisa melihat banyak guru yang tidak siap dengan sistem pendidikan secara online akibat pandemi ini. Akibatnya, hasil yang dicapai dari kegiatan belajar mengajar pun tidak maksimal.
Pemerintah boleh membuat kebijakan meliburkan sekolah atau mengharuskan pembelajaran dilakukan secara daring. Namun tetap saja, gurulah kunci keberhasilan pembelajaran daring ini. Penguasaan guru terhadap teknik pembelajaran online menentukan hasil belajar yang akan dicapai.
Pelaksanaan pembelajaran online ini akan sia-sia saja jika guru tidak siap karena kurang menguasai skill. Untuk itu, peningkatan kualitas guru dalam mengajar mutlak dilakukan. Dengan mengikuti pelatihan guru, bukan tidak mungkin guru bisa beradaptasi di era digital dan menyesuaikan cara mengajarnya.
Saran untuk Guru dan Sekolah
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah perlu belajar dari keberhasilan mengajar lembaga kursus online. Jika lembaga kursus online bisa mencerdaskan siswa dengan memanfaatkan teknologi, kenapa sekolah tidak? Untuk itu, sistem dan metode pendidikan di sekolah harus dibenahi. Guru tidak lagi mengajar hanya bermodalkan buku paket, LKS, dan papan tulis saja melainkan juga berbagai sumber, alat, dan, media yang lain khususnya media digital.
Jika pandemi ini berlalu, pembelajaran secara offline dengan tatap muka wajib kembali dilakukan. Namun, pendidikan secara online tidak boleh ditinggalkan begitu saja. Guru perlu mengombinasikan keduanya, baik pembelajaran tatap muka atau pembelajaran daring masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Jika keduanya dikombinasikan, tentu akan menghasilkan hasil pembelajaran yang lebih optimal.
Bagi sekolah di daerah pelosok yang belum memungkinkan pembelajaran online, setidaknya guru perlu menggunakan media digital secara langsung di ruang kelas. Misalnya, menggunakan media pembelajaran berupa video, kuis interaktif, animasi, atau yang lainnya. Media-media pembelajaran tersebut bisa dikemas menggunakan perangkat lunak powerpoint. Kalaupun tidak bisa membuat media sendiri, paling tidak guru perlu mengetahui teknik pengoperasiannya.
Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka perkembangan IPTEK terus berjalan dengan pesat. Nasib pendidikan kita tergantung bagaimana guru menyikapi perkembangan zaman. Alangkah baiknya jika guru mengejar ketertinggalan pendidikan kita selama ini. GuruInovatif.id hadir untuk membantu guru agar bisa mengejar ketertinggalan tersebut.
Baca juga artikel pendidikan lainnya di: Edutorial Id.