kebunbibit.id – Perdebatan tentang jam mulai sekolah kembali mencuat dengan kekhawatiran baru dari para tenaga medis. Menurut para ahli kesehatan, memulai sekolah pukul 6 pagi dapat berdampak negatif pada perkembangan otak dan kesehatan anak secara keseluruhan. Dalam wawancara dan pernyataan publik terbaru, dokter menegaskan bahwa jadwal sekolah yang terlalu pagi mengganggu pola tidur, menurunkan kemampuan kognitif, dan berpotensi menimbulkan efek jangka panjang pada kesehatan mental dan emosional anak.
Ilmu di Balik Tidur dan Perkembangan Otak
Anak-anak dan remaja membutuhkan waktu tidur lebih banyak dibandingkan orang dewasa. American Academy of Sleep Medicine merekomendasikan anak usia 6–12 tahun tidur 9–12 jam per malam, sementara remaja usia 13–18 tahun perlu tidur 8–10 jam. Jam sekolah yang sangat pagi seringkali membuat anak harus bangun pukul 4:30 atau 5 pagi, terutama jika jarak rumah ke sekolah jauh. Hal ini menyebabkan anak kurang tidur jauh dari kebutuhan idealnya.
Kurang tidur memengaruhi bagian otak yang berperan penting dalam perhatian, memori, dan pengambilan keputusan. “Ketika siswa terus-menerus kurang tidur, otak mereka kesulitan memproses informasi secara efektif,” ujar Dr. Arief Setiawan, seorang neurolog anak. “Prefrontal cortex, bagian otak yang bertanggung jawab atas berpikir logis dan pengaturan emosi, sangat rentan terhadap kurang tidur.”
Performa Akademik yang Buruk dan Tekanan Emosional
Siswa yang sekolah di jam sangat pagi cenderung menunjukkan gejala kurang tidur di kelas: menguap, sulit fokus, mudah marah, dan mudah lupa. Penelitian menunjukkan bahwa siswa seperti ini seringkali memiliki performa kognitif dan nilai ujian standar yang lebih rendah dibandingkan teman-temannya yang mulai sekolah lebih siang.
Selain masalah akademik, kesehatan mental dan emosional juga terancam. Kurang tidur kronis dapat meningkatkan risiko kecemasan, depresi, dan perubahan mood pada anak. “Jam sekolah yang terlalu pagi dapat memicu siklus yang merugikan,” jelas psikolog Dr. Nina Kartika. “Anak kurang tidur, prestasi menurun, stres meningkat, dan akhirnya sulit tidur kembali.”
Rekomendasi dari Para Ahli
Di banyak negara, otoritas kesehatan mendorong agar jam mulai sekolah diundur lebih siang. American Academy of Pediatrics misalnya, telah lama merekomendasikan agar sekolah menengah dan atas dimulai tidak lebih awal dari pukul 8:30 pagi. Rekomendasi serupa juga mulai disuarakan oleh tenaga medis di Asia Tenggara dan berbagai wilayah lain.
Dokter mendesak sekolah dan pemerintah untuk mengevaluasi kembali kebijakan jam mulai sekolah. Meski jam pagi seringkali dibenarkan dengan alasan kemacetan lalu lintas atau administrasi, biaya bagi kesehatan dan perkembangan anak bisa sangat besar.
Tantangan Budaya dan Sosial
Di negara seperti Indonesia, jam sekolah pagi sudah menjadi kebiasaan, dan banyak orang tua melihatnya sebagai tanda disiplin dan produktivitas. Namun, para ahli medis berpendapat tradisi ini perlu dikaji ulang berdasarkan bukti ilmiah. “Disiplin tidak boleh mengorbankan kesehatan anak,” tegas Dr. Setiawan. “Disiplin sejati juga berarti tahu kapan saatnya beristirahat dan memulihkan diri.”
Orang tua dan guru juga dianjurkan memantau pola tidur anak dan mengutamakan kebiasaan tidur sehat. Perubahan kecil seperti membatasi penggunaan gadget sebelum tidur dan menciptakan rutinitas yang menenangkan dapat membantu. Namun, tanpa perubahan sistemik pada jam sekolah, upaya ini mungkin kurang efektif.
Jalan Menuju Perubahan
Reformasi pendidikan memang tidak mudah, tapi dengan bukti yang semakin banyak dan dukungan publik, perubahan bisa terjadi. Beberapa sekolah sudah mencoba memulai pelajaran lebih siang dan melaporkan peningkatan kehadiran, prestasi akademik, serta kesejahteraan siswa.
Para dokter terus mengampanyekan kesadaran dan mendorong perubahan kebijakan. “Kita harus menyelaraskan sistem pendidikan dengan apa yang ilmu pengetahuan katakan tentang perkembangan otak,” kata Dr. Kartika. “Masa depan anak-anak kita bergantung pada hal itu.