kebunbibit.id – Jakarta Utara kembali dirundung bencana banjir yang berkepanjangan. Sudah lebih dari dua bulan air merendam sejumlah wilayah, mengganggu aktivitas warga dan memicu keresahan yang mendalam. Warga setempat menuding proyek pembangunan tol sebagai penyebab utama lamanya genangan air yang tak kunjung surut.
Banjir Tak Kunjung Surut
Wilayah seperti Kelapa Gading, Penjaringan, dan sebagian kawasan Pluit tercatat mengalami banjir yang terus-menerus sejak awal Maret 2025. Hujan yang turun hampir setiap hari menyebabkan genangan sulit untuk surut, terlebih dengan sistem drainase yang dinilai tak mampu menampung volume air yang meningkat drastis.
“Sudah dua bulan kami hidup dalam genangan. Air naik turun, tapi tidak pernah benar-benar hilang,” ujar Rani, warga Kelapa Gading, yang rumahnya masih terendam hingga akhir April.
Proyek Tol Disorot Warga
Kemarahan warga mulai memuncak ketika beberapa tokoh masyarakat menduga bahwa proyek pembangunan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) 2 yang sedang berlangsung turut memperparah kondisi banjir. Menurut mereka, proyek tersebut menyebabkan penyempitan saluran air dan menghambat aliran sungai yang seharusnya lancar mengalir ke laut.
“Pembangunan tiang pancang dan pengerukan tanah untuk tol ini mengubah arah aliran air. Air yang biasanya langsung mengalir ke laut kini malah tertahan,” kata Hendra, Ketua RT di kawasan Penjaringan.
Selain itu, alat berat dan material proyek yang menumpuk di pinggir jalan disebut turut menghambat laju air dan memperburuk kondisi jalan yang tergenang.
Respons Pemerintah dan Kontraktor
Pemerintah Kota Jakarta Utara telah memberikan respons terhadap keluhan warga. Dalam konferensi pers pada awal Mei 2025, pihak Dinas Sumber Daya Air menyatakan bahwa mereka sedang melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem drainase di sekitar lokasi proyek.
“Kami telah berkoordinasi dengan pihak kontraktor tol untuk memastikan proyek tidak mengganggu aliran air. Penambahan pompa mobile dan normalisasi saluran sedang kami upayakan,” ujar Kepala Dinas SDA Jakarta Utara.
Sementara itu, pihak kontraktor proyek JORR 2 membantah bahwa kegiatan mereka menjadi penyebab banjir. Mereka menyatakan bahwa proyek telah mengikuti semua prosedur Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang telah disetujui oleh pemerintah.
“Kami terbuka terhadap audit dan evaluasi bersama. Kami tidak ingin proyek ini merugikan masyarakat,” kata juru bicara PT XYZ Infrastruktur selaku pelaksana proyek tol tersebut.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Banjir yang tak kunjung surut tidak hanya menyebabkan kerugian material, tetapi juga berdampak besar terhadap perekonomian warga. Banyak usaha kecil terpaksa tutup karena akses ke tempat usaha terhambat. Sekolah-sekolah dan pusat layanan kesehatan pun terganggu operasionalnya.
“Usaha laundry saya tutup sejak awal Maret. Tidak ada pelanggan yang datang, dan air terus masuk ke dalam toko,” kata Nia, warga Pluit yang kini beralih sementara menjadi penjual makanan online.
Solusi dan Harapan Warga
Warga berharap pemerintah lebih serius dalam mengatasi persoalan banjir, terutama di tengah pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur besar. Mereka menginginkan adanya audit lingkungan yang independen serta transparansi dalam pengelolaan dampak proyek terhadap lingkungan sekitar.
“Kami tidak menolak pembangunan. Tapi jangan sampai kami jadi korban dari ketidakberesan perencanaan,” ujar Hendra.
Banjir di Jakarta Utara menjadi pengingat pentingnya integrasi antara pembangunan infrastruktur dan keberlanjutan lingkungan. Tanpa perencanaan yang matang dan pelibatan masyarakat secara aktif, proyek besar bisa berubah menjadi bencana jangka panjang bagi warga.